Setiap kita pernah melalui masa meratap bukan? Sungguh, malam ini aku meratap kepada Tuhan sang penolong yang sejati. Ada sedikit konflik yang terjadi dalam diriku, berkaitan dengan perencanaan hidup ke depan dan kaitannya dengan kondisi keluarga.
Aku sedang berada pada zona abu-abu dimana aku dilanda kebingungan kemana kakiku harus melangkah, antara menyengkan keluarga pada saat ini juga tetapi menunda bahkan membunuh mimpi, atau menata masa depan dan mimpi itu namun menunda menyenangkan keluarga.
Aku tau, bahkan sangat tau bahwa apapun yang menjadi keputusanku menimbulkan konsekuensi. Namun apa yang aku lakukan? Seakan aku diam dan tidak melakukan apa-apa, sungguh bodoh dan tidak bijaksana. Aku seakan berjalan sendiri dan harus menentukan semuanya ini sendiri. Beginilah dunia orang dewasa yang dituntut mandiri dan bijaksana.
Sampai sejauh ini aku masih terus menata masa depanku, perencanaan ke depan itu
. Karena aku tau, aku harus terus mengarah kepada visi itu. Walau rasanya seperti mengorbankan kebahagiaan keluarga. Sungguh, sedikitpun aku tidak bermaksud demikian. Ini semua juga untuk kebahagiaan mereka. Namun belum bisa dinikmati pada saat ini, masih membutuhkan proses yang cukup panjang. Tahukah kamu? Dengan bodohnya aku sangat khawatir dan ketakutan, takut tidak sempat membahagiakan orang tua jika aku menundanya pada saat ini. Aku terlalu khawatir kehabisan waktu untuk membahagiakan mereka berdua, pribadi yang sudah mengabdikan seluruh hidupnya untuk kebahagiaan kami.
Hati kecilku kembali bertanya, apa sih yang bisa dilakukan anak untuk membahagiakan orang tuanya? Bukankah ketika anaknya bahagia orang tua juga turut berbahagia? Aku tetap berada di zona abu-abu, antara mimpiku dan mimpi orang tuaku.
Ahh~, memang hanya Tuhan yang dapat menjawab semuanya ini. Yang pasti aku hanya ingin berjalan sesuai dengan arahanNya. Aku tau,suatu saat aku bahkan mungkin tertawa mengingat malam penuh air mata ini, menghabiskan stock tissue di kamar. Aku menuliskannya untuk sekedar mengingatkanku suatu saat nanti, bahwa aku punya masa-masa meratap di hadapan Tuhan. Dan aku yakin akan bersyukur di kala itu, karena aku mengimani Allah tidak pernah tinggal diam..
Hanya Engkaulah penolong sejati, mampukanku melalui ini semua dan menentukan langkah yang tepat, yang terbaik untuk masa depanku dan keluargaku..
Maaf,untuk saat ini aku belum bisa menceritakan dengan gamblang duduk permasalahannya. Aku hanya bisa menuliskan dengan gamblang di blog sebelah, dimana hanya aku dan Tuhan yang menjadi pembacanya. Mungkin suatu saat nanti akan aku tuliskan untuk kalian
:) :)
Medan, 22 November 2013
Aku sedang berada pada zona abu-abu dimana aku dilanda kebingungan kemana kakiku harus melangkah, antara menyengkan keluarga pada saat ini juga tetapi menunda bahkan membunuh mimpi, atau menata masa depan dan mimpi itu namun menunda menyenangkan keluarga.
Aku tau, bahkan sangat tau bahwa apapun yang menjadi keputusanku menimbulkan konsekuensi. Namun apa yang aku lakukan? Seakan aku diam dan tidak melakukan apa-apa, sungguh bodoh dan tidak bijaksana. Aku seakan berjalan sendiri dan harus menentukan semuanya ini sendiri. Beginilah dunia orang dewasa yang dituntut mandiri dan bijaksana.
Sampai sejauh ini aku masih terus menata masa depanku, perencanaan ke depan itu
. Karena aku tau, aku harus terus mengarah kepada visi itu. Walau rasanya seperti mengorbankan kebahagiaan keluarga. Sungguh, sedikitpun aku tidak bermaksud demikian. Ini semua juga untuk kebahagiaan mereka. Namun belum bisa dinikmati pada saat ini, masih membutuhkan proses yang cukup panjang. Tahukah kamu? Dengan bodohnya aku sangat khawatir dan ketakutan, takut tidak sempat membahagiakan orang tua jika aku menundanya pada saat ini. Aku terlalu khawatir kehabisan waktu untuk membahagiakan mereka berdua, pribadi yang sudah mengabdikan seluruh hidupnya untuk kebahagiaan kami.
Hati kecilku kembali bertanya, apa sih yang bisa dilakukan anak untuk membahagiakan orang tuanya? Bukankah ketika anaknya bahagia orang tua juga turut berbahagia? Aku tetap berada di zona abu-abu, antara mimpiku dan mimpi orang tuaku.
Ahh~, memang hanya Tuhan yang dapat menjawab semuanya ini. Yang pasti aku hanya ingin berjalan sesuai dengan arahanNya. Aku tau,suatu saat aku bahkan mungkin tertawa mengingat malam penuh air mata ini, menghabiskan stock tissue di kamar. Aku menuliskannya untuk sekedar mengingatkanku suatu saat nanti, bahwa aku punya masa-masa meratap di hadapan Tuhan. Dan aku yakin akan bersyukur di kala itu, karena aku mengimani Allah tidak pernah tinggal diam..
Hanya Engkaulah penolong sejati, mampukanku melalui ini semua dan menentukan langkah yang tepat, yang terbaik untuk masa depanku dan keluargaku..
Maaf,untuk saat ini aku belum bisa menceritakan dengan gamblang duduk permasalahannya. Aku hanya bisa menuliskan dengan gamblang di blog sebelah, dimana hanya aku dan Tuhan yang menjadi pembacanya. Mungkin suatu saat nanti akan aku tuliskan untuk kalian
:) :)
Medan, 22 November 2013