twitter
rss

Surat kedua yang kelamaan di draft...

"Praying for you"

Dear abang,
Malam ini, tepatnya pukul 20:27 29 Juli aku menuliskan surat keduaku. Masih ingat isi surat pertamaku kan?:)
Apa kabar kamu disana? aku harap baik aja..

Kabarku baik, aku makin gemuk seiring dengan tingginya selera makanku selama aku bekerja di sekolah ini. Kamu tau gak, makanan disini tuh enak banget, jadi jangan salahin aku kalau aku makannya banyak dan gagal diet melulu hihihi..:p
Iya, iya, aku akan berusaha sedikit diet supaya gemuknya ga kebangetan. Aku tau kamu akan terima aku apa adanya, namun aku tetap ingin kelihatan cantik dan menarik untukmu..*kurangapalagicoba
Akhir-akhir ini aku belajar make up, lagi rajin baca-baca tutorial model rambut yang lucu-lucu, tutorial skin care dan lainnya yang dulu bukan aku banget. Kayanya aku uda ada tanda-tanda jadi wanita tulen yang suka kecantikan hahaha..
Iya memang, aku masih belajar banget cara pake eye liner yang ribet itu, mascara, blush on dan banyak lainnya yang mulai aku beli..hahaha..Gapapa, aku hanya ingin belajar memahami dunianya wanita..mihihihi ^^

Saya menetapkan hari Jum'at pagi sebagai jadwal rutin untuk melakukan jam doa pribadi di sekolah, karena rekan kerja saya sedang mengajar pada hari tersebut sehingga saya memiliki waktu yang sedikit leluasa untuk berdoa. Saya menyadari bahwa doa-doa tersebut sungguh menguatkan dalam mengerjakan panggilan ini, memberikan makanan serta energi baru bagi saya untuk terus berjuang mengerjakan tanggung jawab di sekolah, di tengah tantangan yang saya hadapi secara pribadi.

Banyak hal yang saya doakan, mulai dari diri saya pribadi dan panggilan hidup, siswa-siswa yang saya layani dan juga yang belum, jajaran di sekolah dan guru-guru, serta pegawai serta petugas kebersihan. Saya sedang belajar taat dengan doa-doa yang hidup, karena sungguh saya mengimani bahwa doa merupakan benteng kehidupan yang sangat kokoh, dan juga mampu mengubah sikap hati saya dalam keadaan seburuk apapun. Sangat bersyukur sejauh ini saya menikmati masa-masa berdoa tersebut, alone with God, mencurahkan apa saja dan memberikan kesempatan kepadaNya untuk menyatakan apa saja.

Beberapa waktu belakangan ini, saya sangat berpikir keras mengenai kuasa dari perkataan, betapa bermanfaatnya kata-kata yang membangun dalam diri seseorang. Iblis sering mengintimidasi dengan pemikiran-pemikiran yang memunculkan keraguan dengan kuasa perkataan yang keluar dari mulut saya dalam setiap sesi konseling dengan siswa.

Pertanyaan-pertanyaan menyudutkan sering iblis nyatakan "Memangnya apa sih manfaatnya kamu banyak berbicara dengan mereka? Kamu pikir kata-katamu itu bisa mengubah hidupnya yang sudah bobrok itu? Alahhh, kamu bisa apa sih, dengan kemampuanmu yang seadanya itu, kamu bisa gitu menolong dia selesai dengan habitnya yang sudah menahun itu?"Dan masih banyak intimidasi yang muncul melalui pemikiran dan hati.
Belum lagi ucapan miring yang sering didengar seakan menegaskan bahwa apa yang dilakukan tidak banyak memberi manfaat, tidak mengubah apa-apa, tidak juga mempengaruhi apa-apa. Pemikiran bahwa keberadaanku disini tidak membawa dampak sering menggerogoti jiwa.

Namun terpujilah Tuhan yang bahkan bertindak selalu lebih cepat daripada yang dapat kita pikirkan. Pemikiran-pemikiran tersebut singgah sungguh hanya sementara, tidak tinggal berlama-lama dan menggerogoti lebih dalam. Tuhan bertindak untuk menguatkan melalui doa-doa dan juga sharing dengan mereka yang selalu mendukung. Bahkan secara tidak sengaja saya dikuatkan oleh pernyataan seorang sahabat, bahwa terkadang dalam sharing kami ketika dia memiliki masalah, dia mengabaikan apa yang saya sampaikan. Namun dalam masa tertentu sering sekali apa yang saya sampaikan direnungkan kembali dan memberi semangat baru baginya. Melalui pernyataannya saya menyadari bahwa kata-kata penguatan yang kita sampaikan suatu saat pasti berguna untuk pendengarnya, diimani saja walaupun pada saat kita berbicara responnya tidak seperti yang kita harapkan.

 Tidak peduli ada atau tidak ada pihak yang menyadari manfaat dari yang saya kerjakan, yang pasti Tuhan melihat dan tidak ada yang sia-sia dalam melayani Dia. Fokus saya bukan pandangan manusia, namun kesenangan Allah atas apa yang saya lakukan. Yang saya andalkan juga bukan diri saya sendiri, namun Dia yang mau memakai dan memberikan kesempatan untuk saya bertemu dan berbagi dengan mereka. Karena saya selalu percaya bahwa setiap siswa yang datang ke ruangan ini adalah titipan dari Tuhan.
Pagi ini saya kembali memikirkan hal tersebut, di angkot menuju sekolah kembali merenungkan betapa berkuasanya perkataan-perkataan yang keluar dari mulut yang berasal dari hati yang tulus dan berhikmat. Sempat mendengungkan lagu Fill my Eyes dalam hati sembari merenungkan kata demi kata dari lagu tersebut..

Profesi sebagai konselor sekolah merupakan salah satu jawaban Tuhan untuk hidup saya yang sangat saya syukuri. Bagaimana tidak, semua hal yang dahulu saya anggap kelemahan, diubahkan dan dipakai Tuhan menjadi kelebihan yang dapat menolong orang lain. Dahulu,saya sangat khawatir dengan sifat saya yang cerewet, terlalu banyak berbicara, sulit mendengar, kritikus, mudah peka akan kesalahan orang, berlidah tajam dan menusuk, tidak sabar dan tidak mampu untuk sekedar membujuk teman yang sedang menangis. Ego saya terlalu besar untuk itu, bukan karena saya tidak empati, bukan juga tidak mampu merasakan apa yang dia rasakan, sungguh saya tidak tahu bagaimana caranya menghibur orang lain dan sungguh saya tidak paham bagaimana saya harus mengekspresikan rasa sayang dan empati.
Namun melalui pembentukan Tuhan, semua kekurangan tersebut perlahan diubahkan, bahkan dipakaiNya untuk menolong orang lain. Saya sendiri tidak menyadari kapan semua itu bisa berubah, saya mendapati saya sekarang berbeda dengan yang dulu. Walau sejujurnya sampai saat ini saya harus berjuang untuk meninggalkan semua sifat lama saya, sering gagal namun bangkit lagi. Firman Tuhan” Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku  bagimu , sebab justru dalam kelemahanlah, kuasa-Ku  menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku”. (2 Korintus 12:9).
Tanpa disadari, saya sekarang seseorang yang (maaf hanya belajar mengenal diri sendiri, bukan menyombongkan atau memuji diri LOL ), tetap cerewet ahahah (walau sudah ada yang mengakui saya tidak cerewet,asyikkk ^^ ) namun sudah lebih mampu untuk menahan diri dari berbicara terlalu banyak dan lebih peka menempatkan kata-kata, sudah “sedikit” lebih mampu untuk mendengar melalui banyak hajaran dari Tuhan, nah, kekritikusan (ko tikus sih pffft) dan kemampuan melihat kesalahan dengan cepat dahulu Tuhan ubah arahnya dan sangat bermanfaat untuk diri saya yang sekarang, saya lebih mudah mengenali peluang-peluang dimana saya bisa memasuki pikiran siswa saya, dengan agak ligat melihat celah dimana saya bisa memperdalam isi cerita kami ke hal-hal yang lebih detail (dulu saya sangat tidak detail, bahkan selalu merasa gagal untuk detail), dan dengan lihai memancing sana sini sehingga tanpa sadar mereka sudah membukakan diri sampai ke alam bawah sadar (Jangan bayangkan saya hebat-hebat amat, saya mungkin agak lebay menggambarkannya, saya biasa aja ko, amatiran).
Setiap hari saya bertemu dengan para remaja dengan berbagai kondisi dan kebutuhan. Saya memiliki peluang yang sangat besar untuk mengetahui apapun yang menjadi beban di hati muda itu. Memiliki kesempatan yang terbuka luas untuk sedikit membalut luka mereka.