twitter
rss

Profesi sebagai konselor sekolah merupakan salah satu jawaban Tuhan untuk hidup saya yang sangat saya syukuri. Bagaimana tidak, semua hal yang dahulu saya anggap kelemahan, diubahkan dan dipakai Tuhan menjadi kelebihan yang dapat menolong orang lain. Dahulu,saya sangat khawatir dengan sifat saya yang cerewet, terlalu banyak berbicara, sulit mendengar, kritikus, mudah peka akan kesalahan orang, berlidah tajam dan menusuk, tidak sabar dan tidak mampu untuk sekedar membujuk teman yang sedang menangis. Ego saya terlalu besar untuk itu, bukan karena saya tidak empati, bukan juga tidak mampu merasakan apa yang dia rasakan, sungguh saya tidak tahu bagaimana caranya menghibur orang lain dan sungguh saya tidak paham bagaimana saya harus mengekspresikan rasa sayang dan empati.
Namun melalui pembentukan Tuhan, semua kekurangan tersebut perlahan diubahkan, bahkan dipakaiNya untuk menolong orang lain. Saya sendiri tidak menyadari kapan semua itu bisa berubah, saya mendapati saya sekarang berbeda dengan yang dulu. Walau sejujurnya sampai saat ini saya harus berjuang untuk meninggalkan semua sifat lama saya, sering gagal namun bangkit lagi. Firman Tuhan” Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku  bagimu , sebab justru dalam kelemahanlah, kuasa-Ku  menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku”. (2 Korintus 12:9).
Tanpa disadari, saya sekarang seseorang yang (maaf hanya belajar mengenal diri sendiri, bukan menyombongkan atau memuji diri LOL ), tetap cerewet ahahah (walau sudah ada yang mengakui saya tidak cerewet,asyikkk ^^ ) namun sudah lebih mampu untuk menahan diri dari berbicara terlalu banyak dan lebih peka menempatkan kata-kata, sudah “sedikit” lebih mampu untuk mendengar melalui banyak hajaran dari Tuhan, nah, kekritikusan (ko tikus sih pffft) dan kemampuan melihat kesalahan dengan cepat dahulu Tuhan ubah arahnya dan sangat bermanfaat untuk diri saya yang sekarang, saya lebih mudah mengenali peluang-peluang dimana saya bisa memasuki pikiran siswa saya, dengan agak ligat melihat celah dimana saya bisa memperdalam isi cerita kami ke hal-hal yang lebih detail (dulu saya sangat tidak detail, bahkan selalu merasa gagal untuk detail), dan dengan lihai memancing sana sini sehingga tanpa sadar mereka sudah membukakan diri sampai ke alam bawah sadar (Jangan bayangkan saya hebat-hebat amat, saya mungkin agak lebay menggambarkannya, saya biasa aja ko, amatiran).
Setiap hari saya bertemu dengan para remaja dengan berbagai kondisi dan kebutuhan. Saya memiliki peluang yang sangat besar untuk mengetahui apapun yang menjadi beban di hati muda itu. Memiliki kesempatan yang terbuka luas untuk sedikit membalut luka mereka.
Posisi sebagai konselor sangat mempermudah saya dalam menjangkau, mengisi mereka dengan nilai-nilai kebenaran, menggantikan posisi nilai-nilai penuh kebengkokan yang selama ini mereka temui dalam hidup.
Kebanyakan dari mereka terbuka secara otomatis, menceritakan semua dengan detail tanpa saya harus banyak bertanya. Walau tak jarang saya harus memberikan pancingan-pancingan berupa pertanyaan terbuka yang sangat simpel. Tak jarang saya ikut terhanyut dengan kondisi mereka, ikut bersusah hati dengan pengalaman hidup yang sering membentuk mereka menjadi pribadi yang tidak diterima oleh lingkungan, dianggap tidak membanggakan.
Dari banyak kasus yang saya temui, hasil analisis dan observasi saya yang amatiran, saya menemukan bahwa permasalahan utama pada remaja berasal dari lingkungan sosialnya, yaitu keluarga, teman-teman dan sekolah. Anak dengan keluarga broken home dan keluarga yang tidak harmonis berpotensi menjadi anak yang memiliki banyak masalah. Nilai akademik yang buruk, sifat arogan dan kasar dalam pertemanan, merasa tidak dikasihi, memiliki self image (gambaran diri) dan self esteem (harga diri) yang rendah. Tidak jarang anak menjadi trauma dengan pernikahan dan sulit membangun trust (rasa percaya) yang mendalam dengan orang lain.
Anak yang memiliki orang tua perfectionism (segala sesuatu harus sempurna), terbentuk menjadi anak yang tidak percaya diri, focus hidupnya adalah menyenangkan orangtua dan sekitar tanpa memperhatikan kesenangan diri sendiri, hidup dibayangi ketakutan akan penolakan dan tidak dihargai. Salah seorang siswa saya bahkan sudah terbiasa dengan percobaan bunuh diri, memotong urat nadi, mencoba gantung diri, depresi berkepanjangan menjadi rutin baginya. Sungguh mengherankan dengan kondisi tersebut prestasinya gilang gemilang, tidak berani berontak karena selalu dituntut sempurna, nilai 90 itu memalukan, harusnya nilai 100 lah yang selalu tertera di lembaran ujian itu. Mengakhiri hidup memang jalan terbaik, ada kepuasan tersendiri ketika menyakiti tubuh bahkan mungkin mati adalah jalan yang sempurna mengakhiri semuanya. Sungguh keropos dan hampir hancur, lelah mental.. Saya merasa gagal sebagai konselor dalam kasus anak ini, saya tidak sanggup untuk menahan air mata ketika saya menceritakan tentang Yesus yang menjadi harapan dalam hidupnya, membagikan kesaksian bagaimana Yesus memulihkan dan menolong hidup saya menjadi maksimal, berharap penuh dan beriman dia mampu memahami bahwa hidupnya sungguh berharga. Kegagalan ini mengganggu ego saya, seharusnya saya netral tidak terbawa emosi. Namun saya belajar mengimani bahwa Roh Kudus akan bekerja dalam dirinya, tak peduli saya gagal atau tidak dengan profesi ini.
Anak yang menjadi korban Bullying teman-teman juga memiliki potensi menjadi anak yang merasa ditolak, tidak percaya diri, dan secara tidak sadar membangun defence (pertahanan diri). Anak korban Bullying yang pernah saya lihat, tidak mampu melawan teman-teman yang sering menggangguinya, akhirnya si anak tersebut membangun pertahanan diri melalui imajinasinya. Satu anak menjadi sangat suka menonton film mengenai seorang “HERO”, misalkan Spiderman. Dan juga mempelajari tokoh-tokoh hebat supaya dia dapat mempelajari strategi mereka dalam mempertahankan diri. Anak tersebut sering mengaplikasikannya, sehingga terlihat kasar, arogan, dan melakukan tindakan-tindakan di luar jangkauan yang bisa saja membahayakan dirinya dan orang lain. Anak lainnya, membangun imajinasi dengan berpikir bahwa suatu saat nanti dia akan menjadi seseorang yang hebat dan kuat, dan pada saat itu dia akan membalaskan dendamnya. Dalam imajinasinya dia membangun cerita mengenai suatu sistem yang sangat canggih, di luar jangkauan manusia, hanya untuk satu tujuan, membalaskan dendam. Terkadang mengancam untuk bunuh diri saja, membuat siapapun di dekatnya ketakutan dan khawatir. Sungguh memprihatinkan.
Tuntutan kurikulum di sekolah pada masa ini sungguh berat bagi siswa, mereka dituntut berada di sekolah sampai sore, banyak pekerjaan rumah, kehilangan masa bermain dan kesempatan berinteraksi sosial yang semakin sedikit. Sungguh, ini juga memprihatinkan. Salah seorang anak pernah berkonsultasi kepada saya, bertanya mengenai Iucid dream, yaitu kemampuan untuk menentukan mimpi yang kita alami dan seperti berada di dunia nyata. Selidik punya selidik, ternyata si anak tidak memiliki waktu untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan, hobi, maupun mempelajari info yang disukainya. Seluruh waktunya dihabiskan mengerjakan tuntutan kurikulum sekolah, les, pekerjaan rumah, dan lainnya. Saya sangat terenyuh dengan fakta itu, si anak penasaran dengan lucid dream karena memiliki pemikiran bahwa dia dapat melakukan hal yang menyenangkan di dunia mimpi, sementara dia tetap dapat melakukan tanggungjawabnya di dunia nyata.
Ada banyak kasus yang unik saya temui, yang bahkan tidak pernah terpikirkan oleh saya. Saya akan mencoba menuliskannya dilain kesempatan. Satu hal yang ingin saya sampaikan, saya sangat menikmati profesi ini, semoga secara maksimal dapat saya manfaatkan untuk menanamkan nilai dan sikap yang benar terhadap anak-anak bangsa. God Bless Us



6 comments:

  1. hohoho....
    ga mau lagi ah konsultasi ke ibu satu ini..takut terhipnotis ahaha

  1. ssttttttttttt..
    kan masih amatiran,jadi masih butuh banyak sampel praktek nih..hahaha

  1. Nice share Erika. Tulisan ini penuh makna, karena kamu memaknai dan menghidupinya. Keep up ya!

  1. Thanks ka Maya uda baca tulisan aku..iya ka semoga tetap semangat :)

  1. Thanks sudah berbagi er.. :)
    Memang, bukanlah hal yg mudah utk mendengar secara aktif, bagi kita orang-orang yg terbiasa berbicara aktif dan dominan. But as long as we have a willingness and readiness to try, sure we can do the change. Mari sama-sama belajar terus menerus utk membuka mata, menyendengkan telinga dan memberikan hati bagi orang lain :) Semangaattt kakak konselor!!

  1. makasi ka Jes, iya ka..you know me so well la ya ka hahaha..
    sedang berusaha untuk bisa mendengar ka, susah banget emang..klo di pekerjaan aku uda lebih bisa, tapi kalo dengan teman2 di luar ko rasanya lebih sulit..
    tetap di support ya ka..
    Semangat buat kuliah kk :)