Ini tulisan teman KTB semasa SMA,sangat menyentuh dan -mendarat-, dengan pengajaran dan pemahaman yang benar..
Silahkan dinikmati
Marriage
Allah menganugerahkan kepada kita cinta yang tidak terbatas, bukti cinta itu nyata kita lihat melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. Tidak akan ada kisah cinta sejati yang dapat mengalahkan peristiwa salib. Dengan cinta-Nya yang begitu besar itu, ia memampukan kita mencintai orang lain, mencintai sesama kita. Cinta itu harusnya lahir dari Allah sendiri.
Allah juga yang merancang ide pernikahan, menyatukan kedua insan dengan prinsip kesepadanan, di dalam institusi yang didasarkan pada Kristus. Allah yang mempersatukan dua daging menjadi satu tubuh. Allah melalui Roh Kudus memimpin pernikahan menjadi keluarga misi yang menjadi berkat bagi sesama manusia. Allah yang mengubah hati pria menjadi seorang ayah, dan wanita menjadi seorang ibu. Allah yang mengijinkan sebuah pasangan memiliki keturunan, mengijinkan seorang wanita memiliki janin dalam perutnya dan melahirkan dengan penuh kesakitan. Membuat seorang pria bangga di balik kaca rumah sakit karena tangisan kecil seorang bayi.
Karena anugerah dan kasih-Nya yang begitu besarlah, seorang suami dan ayah dapat mencintai istri dan anaknya dalam suka dan duka sebagaimana janji suci yang diikrarkan dalam pernikahan. Memilih berada di rumah dibandingkan hangout dengan teman – teman prianya. Memilih mengantarkan anaknya pergi ke gereja pagi dibandingkan tidur. Memilih membantu istrinya di rumah dibandingkan menonton pertandingan sepak bola bersama teman – teman lamanya.
Karena kasih Allah pula yang memampukan
seorang wanita meninggalkan karirnya demi melihat anaknya berjalan untuk pertama kalinya. Kasih dari Allah yang membuat seorang ibu tidak membeli make up MAC demi melihat anak dapat mengecap pendidikan terbaik. Memilih bangun lebih cepat dan tidur lebih lama untuk memastikan anak dan suaminya sudah makan dan istirahat yang cukup.
Hanya kasih dari Allah yang memampukan mereka tetap tertawa bersama saat bingung membayar angsuran biaya rumah atau pendidikan anak. Hanya kasih Allah yang menggenggam kedua tangan terus berdoa saat badai rumah tangga melanda, saat ucapan tidak semanis saat PDKT dulu, saat BBM tidak sesering saat pacaran dulu, saat pria harus mengeluarkan beberapa uang bukan hanya nonton film di bioskop, tapi seluruh uang untuk membiayai istri dan anaknya. Hanya kasih Allah. Percayalah.
Percayalah, kita tidak akan mampu melakukan. Kita tidak akan bisa melakukannya, tanpa KASIH ALLAH yang begitu besar. Maka, pernikahan yang awalnya menjadi ide Allah, harusnya tunduk pada kedaulatan Allah.
Dewasa ini, pergumulan mencari pasangan hidup menjadi hal yang membutakan kita dan membuat kita lupa akan kasih Allah yang begitu besar dan dalam. Kita menetapkan serangkaian kriteria yang mencerminkan keinginan pribadi kita. Kita merencanakan bagi kita pernikahan yang mau kita jalani, kita merasa bahwa pernikahan adalah ide kita dan hidup kita.
Seandainya kita sadar bahwa kita bahkan tidak berhak atas pernikahan itu jikalau bukan Allah yang melayakkan. Kita tidak berhak menjadi suami atau istri. Kita tidak berhak menjadi ayah atau ibu, jikalah bukan Allah yang mengijinkan.
Ketika engkau bergumul tentang pasangan hidup, pastikan dia adalah pria atau wanita yang mencintai Tuhan sebagai yang pertama dan kau sebagai yang kedua. Sebab Allah lah yang akan memampukan Ia menjadi suami atau istri yang mencintaimu hingga akhir hayatmu. Allah lah yang memampukan Ia menjadi ayah atau ibu yang bijak bagi anak –anakmu nantinya. Cintanya kepada Allah lah yang membuatnya mampu mencintaimu selalu hingga kakek nenek. Jikalau bukan Allah yang memimpin pernikahanmu, maka sia – sialah semuanya, engkau tidak dapat menikmati berkat pernikahanmu.
Karena pada akhirnya, semuanya tentang Dia, seluruh kemuliaan seharusnya kembali pada Nya, Allah, Sang Kasih Sejati.
나는 주님 당신을 사랑합니다
Love.Marriage.God.
Hartarti Rabecca Sianturi
Silahkan dinikmati
Marriage
Pernikahan harusnya menjadi rencana Allah.
Mengapa kita merasa bahwa kita berhak atas pernikahan.
Allah yang menganugerahkan segala sesuatu.
Allah yang memberikan pernikahan,
Allah yang memberikan cinta,
Allah yang menciptakan laki – laki dan perempuan.
Namun seringkali kita merasa kita berhak atas pernikahan.
Allah menganugerahkan kepada kita cinta yang tidak terbatas, bukti cinta itu nyata kita lihat melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. Tidak akan ada kisah cinta sejati yang dapat mengalahkan peristiwa salib. Dengan cinta-Nya yang begitu besar itu, ia memampukan kita mencintai orang lain, mencintai sesama kita. Cinta itu harusnya lahir dari Allah sendiri.
Allah juga yang merancang ide pernikahan, menyatukan kedua insan dengan prinsip kesepadanan, di dalam institusi yang didasarkan pada Kristus. Allah yang mempersatukan dua daging menjadi satu tubuh. Allah melalui Roh Kudus memimpin pernikahan menjadi keluarga misi yang menjadi berkat bagi sesama manusia. Allah yang mengubah hati pria menjadi seorang ayah, dan wanita menjadi seorang ibu. Allah yang mengijinkan sebuah pasangan memiliki keturunan, mengijinkan seorang wanita memiliki janin dalam perutnya dan melahirkan dengan penuh kesakitan. Membuat seorang pria bangga di balik kaca rumah sakit karena tangisan kecil seorang bayi.
Karena anugerah dan kasih-Nya yang begitu besarlah, seorang suami dan ayah dapat mencintai istri dan anaknya dalam suka dan duka sebagaimana janji suci yang diikrarkan dalam pernikahan. Memilih berada di rumah dibandingkan hangout dengan teman – teman prianya. Memilih mengantarkan anaknya pergi ke gereja pagi dibandingkan tidur. Memilih membantu istrinya di rumah dibandingkan menonton pertandingan sepak bola bersama teman – teman lamanya.
Karena kasih Allah pula yang memampukan
seorang wanita meninggalkan karirnya demi melihat anaknya berjalan untuk pertama kalinya. Kasih dari Allah yang membuat seorang ibu tidak membeli make up MAC demi melihat anak dapat mengecap pendidikan terbaik. Memilih bangun lebih cepat dan tidur lebih lama untuk memastikan anak dan suaminya sudah makan dan istirahat yang cukup.
Hanya kasih dari Allah yang memampukan mereka tetap tertawa bersama saat bingung membayar angsuran biaya rumah atau pendidikan anak. Hanya kasih Allah yang menggenggam kedua tangan terus berdoa saat badai rumah tangga melanda, saat ucapan tidak semanis saat PDKT dulu, saat BBM tidak sesering saat pacaran dulu, saat pria harus mengeluarkan beberapa uang bukan hanya nonton film di bioskop, tapi seluruh uang untuk membiayai istri dan anaknya. Hanya kasih Allah. Percayalah.
Percayalah, kita tidak akan mampu melakukan. Kita tidak akan bisa melakukannya, tanpa KASIH ALLAH yang begitu besar. Maka, pernikahan yang awalnya menjadi ide Allah, harusnya tunduk pada kedaulatan Allah.
Dewasa ini, pergumulan mencari pasangan hidup menjadi hal yang membutakan kita dan membuat kita lupa akan kasih Allah yang begitu besar dan dalam. Kita menetapkan serangkaian kriteria yang mencerminkan keinginan pribadi kita. Kita merencanakan bagi kita pernikahan yang mau kita jalani, kita merasa bahwa pernikahan adalah ide kita dan hidup kita.
Seandainya kita sadar bahwa kita bahkan tidak berhak atas pernikahan itu jikalau bukan Allah yang melayakkan. Kita tidak berhak menjadi suami atau istri. Kita tidak berhak menjadi ayah atau ibu, jikalah bukan Allah yang mengijinkan.
Ketika engkau bergumul tentang pasangan hidup, pastikan dia adalah pria atau wanita yang mencintai Tuhan sebagai yang pertama dan kau sebagai yang kedua. Sebab Allah lah yang akan memampukan Ia menjadi suami atau istri yang mencintaimu hingga akhir hayatmu. Allah lah yang memampukan Ia menjadi ayah atau ibu yang bijak bagi anak –anakmu nantinya. Cintanya kepada Allah lah yang membuatnya mampu mencintaimu selalu hingga kakek nenek. Jikalau bukan Allah yang memimpin pernikahanmu, maka sia – sialah semuanya, engkau tidak dapat menikmati berkat pernikahanmu.
Karena pada akhirnya, semuanya tentang Dia, seluruh kemuliaan seharusnya kembali pada Nya, Allah, Sang Kasih Sejati.
나는 주님 당신을 사랑합니다
Love.Marriage.God.
Hartarti Rabecca Sianturi