twitter
rss



Manusia adalah makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa manusia lainnya, dan sesama manusia saling membutuhkan. Banyak interaksi yang kita alami dengan orang-orang yang kita temui setiap harinya, dan mereka adalah orang-orang dengan variasi karakter, kepribadian, pandangan, sikap, dan lainnya.

Sudah menjadi hal yang wajar apabila sering terjadi pergesekan demi pergesekan diantara kita. Dan seringkali kita dievaluasi dan ditegur oleh orang lain mengenai cara kita berbicara, mengekspresikan diri, bersikap dan berinteraksi dengan sekitar.
Selalu ada pro dan kontra dengan apa yang kita lakukan. Maka dari itu hendaklah kita menjaga sikap dan perilaku kita dalam bermasyarakat. Karena faktanya kita tidak hidup sendirian, kita hidup dengan orang lain yang mungkin senang dan mungkin juga terganggu dengan perilaku kita.
Pagi ini aku diingatkan kembali oleh Tuhan, betapa pentingnya sikap hati dalam menerima dan menanggapi evaluasi dan teguran dari orang lain.

Pagi ini aku bertemu dengan dua orang teman yang sama-sama sedang mendapat evaluasi, kritikan dan teguran dari orang lain. Uniknya, aku melihat dua respon yang berbeda dari mereka.
Salah satu teman, menanggapinya dengan rendah hati, mengoreksi dirinya, dan dengan rendah hati mengakui bahwa evaluasi dari orang lain tersebut ada benarnya, dan bersyukur dengan teguran tersebut. Dia mengambil komitmen baru dan berjuang untuk menjadi lebih baik lagi. Dia mendapatkan suatu perubahan yang berharga dalam dirinya.

Seorang lagi menanggapinya dengan marah, keras hati tanpa mau mengoreksi diri, kenapa orang lain menegur seperti itu, apa sebabnya. Dan menurutku dia tidak mendapatkan apa-apa pada akhirnya. Hanya kemarahan dan tidak ada perubahan yang terjadi. Padahal tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api.

Aku sendiri pernah mengalaminya. Teguran yang sangat keras, bahkan sampai membuatku kehilangan percaya diri, merasa ga pantas,dll. Tapi bersyukur pada saat itu aku berjuang sekali untuk mengambil sisi positifnya. Tidak mengeraskan hati dan mau memeriksa diri, mengoreksi hidupku. Dan luar biasa, banyak berkat dan perubahan yang kurasakan dalam diriku.

Satu hal yang mau aku tekankan adalah, kerendahan hati dan sikap hati yang mau ditegur mampu membuat kita untuk berubah jauh lebih baik dari yang sebelumnya. ketika kita dikoreksi oleh orang lain, sebelum marah ambil waktu sejenak untuk berpikir, mengapa dia menyampaikan hal tersebut? Apa benar seperti yang dia katakan?
Pilihan ada di tangan kita, mau menerima teguran orang lain dan berubah, atau berkeras merasa benar dan tidak mengalami perubahan apa-apa?
Seorang kakak pernah berkata : "berusahalah mendengar apa yang disampaikan oleh orang lain kepada kita, walaupun pada saat itu hati kita berontak dengan apa yang disampaikannya, tetaplah dengarkan. Karena terkadang apa yang mereka sampaikan adalah kebenaran tentang siapa diri kita, yang bahkan kita sendiri tidak menyadarinya".

Mintalah hikmat dari Tuhan supaya kita mampu menilai hidup kita, yang baik tetap dipertahankan dan yang kurang baik segera ditinggalkan..Tidak semua evaluasi dan teguran orang lain benar adanya, maka dibutuhkan hikmat untuk menilai segala sesuatunya..

Dan dalam menegur orang lain, hendaklah kita juga berhikmat. Jangan mempermalukan saudara kita di muka umum, berbicaralah berdua, berempat, berdelapan dan selanjutnya seperti yang tercatat dalam Kitab Suci kita..
GBUs

0 comments: