Mengawali Mei ini memang dengan kegalauan hati.. banyak hal
yang dipikirkan sampai dada ini terasa sesak..*;p
Dan lagi-lagi aku mendapati diriku kembali berada di titik
yang sama, titik dimana aku sangat tidak nyaman. Satu hal yang membuatku selalu
merasa tidak layak di hadapanNya..
Berat,itulah yang kurasakan untuk saat ini..
Berat,itulah yang kurasakan untuk saat ini..
Tapi ada sukacita pada hari ini, dopingku tersayang ulang
tahun. Aku menghubungi kakak-kakak senior yang satu doping dan merencanakan
surprise untuk kakak kami. Karena pada dasarnya dan seperti biasanya kakak kami
ini super duper amat sangat baik dan peduli 100% terhadap kami, jadilah dia mau
datang lagi ke kampus karena aku bilang ada hal yang mau aku tanyakan. Padahal
si kakak uda pergi dari kampus, tapi dengan rela datang kembali hanya demi aku
yang akan bertanya sesuatu..amazing..padahal ini tipuan belaka..wkkwkw..^^v
Dan tanpa hambatan kami datang ke ruangannya, Happy
Birthdayy to yoouuu...dst.. Make a wish, potong kue, makan kue, dibeliin susu
kedelai, ramai deh ruangan departemen sosial siang itu..XD
Selesai acara itu,aku ke “huka-huka” dan aku kehilangan uang
disitu. Mungkin bagi orang lain uang senilai Rp 200.000,- itu ga seberapa, tapi
bagiku itu uda cukup untuk makan kurang lebih seminggu. Dalam waktu 5 menit
lenyap sudah dompet pink itu. “Untung” isinya hanya uang dan kunci rumah. HP
yang biasanya ada di dalam dompet HP itu sedang aku gunakan.
Padahal aku ada janji mentraktir seorang teman dan
membelikan adikku boneka gede, yang berulang tahun dalam waktu dekat. Dan
terpaksa aku menunda semuanya.
Tetapi entah kenapa,menurutku kehilangan uang itu bukan
menjadi sumber utama aku menjadi resah. Tetapi memang pergumulan yang lain juga sedang
menjadi bahan pikiran yang membuat mumet.
Malam ini, pulang jam doa dan latihan koor dari gereja, aku
dan Mona lapar dan memutuskan hunting makanan di tengah malam. Kami memutuskan
makan ditempat, tidak membawa pulang.
Waktu kami makan, ada abang pengamen yang datang nyanyi.
Nyanyinya beneran ga ada profesional2nya deh. Di tasku Cuma ada uang kecil Rp
500,-. Ada 3 keping.
Aku kasih segera, dan dia berterima kasih sambil bilang
semoga ketemu jodoh..ahhaa..aku ketawa dalam hati. Tau aja aku masih jomblo.
Abangnya ga langsung pergi, malah nonton dulu. Aku yang ga
enak hati karena kasih uang recehan, menawarkan abang itu supaya pesan makanan.
Dan abangnya bilang uda makan, dan pesan teh manis dingin (tengah malam lo)..
Akhirnya ngobrol, nanya ini itu. Terenyuh sekali, dia
bercerita tentang hidupnya di jalanan, pekerjaannya,dll. Memang dia katanya
jarang ngamen, hanya sesekali. Pantesan nyanyinya agak segan dan ga maksimal.
Dia minta nomor HP, tapi aku ga berani ambil resiko dengan hal tersebut.
Semoga abang itu cepat dapat kerja yang baik, dia secara ga
sadar mengajariku betapa pahitnya hidup ini. Aku ga pernah merasakan seperti
dia, walau keluargaku adalah keluarga sederhana, tapi aku masih bisa memenuhi
kebutuhan-kebutuhanku. Dan kehilangan uang itu bukan aku yang menanggungnya,
tapi orang tuaku.
Bagaimana ya rasanya hidup di jalanan? Aku ga bisa bayangin
gimana rasanya terlunta-lunta dan tidak mempunyai pekerjaan yang jelas. Betapa
beruntungnya aku ya Tuhan, tapi betapa sering juga aku bersungut-sungut dan
mengeluh..memalukan sekali bila melihat mereka yang hidup di jalanan tetapi
tidak bersungut-sungut sepertiku.
Satu hal yang kembali diingatkan kepadaku adalah kebiasaanku
memberi di dalam kekurangan. Satu hal yang menurutku sangat penting untuk
dipertahankan dalam hidupku, di tengah banyaknya kekurangan-kekuranganku dalam
hal lainnya, ini adalah salah satu kekuatanku yang harus terus kupertahankan
dan semakin diperkuat. Kata seorang sahabat , memberi dalam kekurangan adalah
salah satu kelebihan yang ada di dalam diriku. Dan juga kepedulian terhadap
orang-orang yang tidak seberuntung aku.
Tuhan, dengarkanlah doaku mengenai visi pribadiku. Apakah
aku memang ke bagian ini? Tolong aku melihat semua dengan lebih jelas.. semakin
aku sering berinteraksi dengan anak jalanan, pengamen, pengemis, anak di LaPas,
anak nge-lem, semakin aku merasa interest untuk lebih memperhatikan mereka
secara khusus. Tapi aku juga punya mimpi yang besar terhadap Simalungun,
kebudayaannya, orang-orangnya.. Psikologi Sosial, di bagaian apakah aku?
Dimana? Masih terus menjadi pertanyaan..beri aku pencerahan..:) beri aku
kepekaan untuk melihat kemana Engkau memanggilku..
*tulisan ini agak ga mirip tulisan, ngalor ngidul kesana
kemari. EGP,yang penting lega..xD