twitter
rss



Dua hari ini merupakan hari yang sangat menyenangkan bagiku. Aku diajak ikut dalam keakraban Ikatan Mahasiswa Simalungun (IMAS) USU di rumah pak Dermawan Purba, dosen etno yang cukup sering berpartisipasi dalam kegiatan IMAS USU. Pak Dermawan juga merupakan salah satu tokoh Simalungun yang sangat perduli dengan budaya Simalungun. Sebenarnya aku bukan anggota tetap, tapi lumayan sering mengikuti kegiatan mereka dan uda cukup dekat dengan teman-teman di dalamnya. Dan aku PD untuk ikut, karena mereka adalah sesama orang Simalungun. Jadi pasti lebih mudah untuk dekat dan nyaman dengan mereka. Ada beberapa hal menarik yang ingin kuceritakan :


Yang pertama ingin kuceritakan adalah kegiatan kami mulai dari keberangkatan ke rumah pak Dermawan
  • Rumah pak Dermawan berada di Pakam dan kami berangkat dari sekret IMAS pada hari Sabtu sore. Karena kurang tau daerah  Pakam sempat tersesat di pinggiran rel kereta api. Setibanya disana kami sibuk beres-beres, ada yang memasak, manggang ikan, foto-foto, dan ada yang nyanyi diiringi gitar.
  • Setelah semuanya beres, kami berkumpul di halaman samping rumah pak Dermawan, di teras yang sudah didekorasi sebagai panggung. Telah tersedia seperangkat peralatan keyboard yang akan dinikmati malam ini. Sebelum makan malam, IMAS menyerahkan jas kepada bapak sebagai wujud terimakasih untuk bantuan bapak selama ini. Setelah itu menyerahkan makanan khas Simalungun yaitu dayok nabinatur (makanan yang terbuat dari ayam kampung yang sudah dipotong sesuai organ,digulai lalu disusun kembali di dalam piring kaca besar – red ).
  • Makan malam bersama merupakan momen yang menyenangkan, sambil dihibur dengan lagu-lagu daerah Simalungun yang sangat nyaman di telinga. Berasa di kampung. Makan malam disambung dengan manortor bersama, bergantian menyanyikan lagu-lagu yang pastinya lagu Simalungun, mulai dari lagu khas daerah, lagu yang cukup lama sampai lagu-lagu baru. Diselang-selingi kata sambutan oleh pejabat daerah.
  •  Aku paling interest waktu pak Dermawan menyanyikan lagu-lagu daerah yang masih sangat asli musik, intonasi, nadanya,sangat khas Simalungun. Juga ketika pak Dermawan dan Dedek ( salah satu anggota IMAS) menyanyikan taur-taur (lagu khas Simalungun – red). Waduh, dimanapun taur-taur dilantunkan, aku begitu interest mendengarkannya. Karena taur-taur begitu lembut, mendayu-dayu khas karakter musik suku Simalungun. Sangat berbeda dengan aliran musik-musik daerah yang lain, sangat khas.
  • Hampir setiap orang mendapat giliran menyanyikan lagu Simalungun, dan aku juga mendapat giliran. Manortor bersama juga sangat menyenangkan, dan kami juga diajari tortor khas Simalungun oleh pak Dermawan, sambil beliau menyanyikan “inggou” (lagu-red) Khas Simalungun. Manortor berpasang-pasangan juga menyenangkan. Sangat puas rasanya malam itu, menyenangkan, hampir tidak tergambarkan dengan kata-kata. Budaya Simalungun memang sangat menarik bagiku. Acara manortor berakhir pukul 01.00 WIB
  •  Tentu saja kami tidak langsung tidur, masih bakar jagung dan ngobrol-ngobrol. Kesempatan itu digunakan pak Dermawan untuk menceritakan budaya Simalungun, kerinduan beliau yang begitu besar terhadap kelestarian budaya Simalungun. Karena memang, budayawan Simalungun sebenarnya kurang mendapat penghargaan dari masyarakat, kurang mendapat dukungan dari pemerintah, sehingga sangat jarang orang Simalungun yang sangat interest untuk mengangkat kembali budaya Simalungun. Beliau juga bercerita mengenai kebiasaan pemuda dan pemudi pada zaman dahulu. Sangat menarik, ditengah kondisi teknologi yang belum berkembang. Bagaimana ya cara mereka berkomunikasi?


o   Masa pedekatean dilakukan dengan memberi tanda-tanda tertentu (simbol).
·         Misalnya di jalan mau ke ladang, mereka sepakat untuk memberi tanda bahwa salah satu dari mereka sudah melalui jalan tersebut. Contohnya dengan memetik dauh ubi sebanyak dua tangkai.
·          Untuk menandakan apakah si wanita menerima si pria, maka diikatlah dua batah rih (sejenis semak). Menandakan mereka telah diikat menjadi sepasang kekasih.
o   Untuk bisa mengobrol dengan sang wanita yang didekati, maka pria pada tengah malam mendatangi rumah wanita dan masuk ke dalam kolong rumah (bentuk rumah pada masa itu adalah rumah berpanggung). Mereka berbisik melalui lantai rumah yang terbuat dari papan, tentu saja membutuhkan kesabaran, karen mereka berbicara harus pelan supaya penghuni rumah lainnya tidak terjaga. Jika wanita memberi kain / ulos untuk dipakai pria sebagai selimutnya malam itu, artinya si wanita sudah memberikan sedikit hatinya kepada pria. Dan masih banyak cerita lainnya
  • Besoknya setelah sarapan, kami gereja bersama di GKPS Pasar VI Pakam, dan menyanyi disana. Pulang gereja, di halaman nyanyi-nyanyi bersama dengan beberapa teman, lagi-lagu kami menyanyikan lagu Simalungun, di videokan, di rekam. Hm..sangat menikmati moment itu.
  • Ke pantai Labuh adalah tujuan selanjutnya, tentu saja mandi, bermain, dan heboh di pantai itu sangat menyenangkan. Tidak perduli kotor, berpasir, yang penting seru-seruan dengan teman-teman
  • Pulang basah-basah ke Pakam, mandi rame-rame di belakang rumah pak Dermawan, berangkat ke Medan semua sudah kelelahan..:D


Hal kedua yang ingin kuceritakan adalah suasana di rumah pak Dermawan
  • Rumah beliau sangat unik, sepintas lalu terasa rumah bertingkat biasa. Warnanya hijau terang, berada di dekat rel kereta api. Namun setelah diperhatikan dan diceritakan lebih detail, rumah tersebut menyimpan banyak makna. 
  • Di gerbang terdapat simbol not balok, di dinding atas depan rumah terdapat berbagai bentuk ukiran alat musik, mulai dari kecapi, gendang, gitar, terompet, seruling,dll yaitu alat musik khas daerah Simalungun. 
  • Di tembok depan terdapat ukiran bunga mawar dan merpati yang melambangkan bahwa di rumah tersebut terdapat anak gadis dan bukan hal yang mudah untuk membawanya dari rumah, kerena terdapat duri yang melindunginya yaitu keluarga. Dan juga arti merpati yaitu tulus, melambangkan Roh Kudus yang menyertai senantiasa. 
  • Di kusen jendela juga berbagai jenis alat musik terpahat disana. Di dalam rumah,di dinding terdapat lukisan-lukisan khas Simalungun. 
  • Juga terdapat koleksi berbagai alat musik dan toping-toping.


Hal ketiga sekaligus yang terakhir yang ingin kuceritakan adalah mengenai kesan, perasaan dan suasana selama keakraban :
  •  Jujur, aku sangat merasa nyaman bersama dengan mereka, identitas sebagai orang Simalungun sangat kental, hampir semua berkomunikasi dengan bahasa Simalungun, lagu-lagu dan musik yang dinikmati dan ditampilkan adalah lagu dan musik Simalungun, diajarin tortor Simalungun, diceritakan budaya dan kebiasaan Simalungun pada masa dulu, wah aku sangat terpesona dengan semua itu. Kerinduan untuk melestarikannya semakin besar.
  • Keluarga pak Dermawan sangat hangat, ramah, welcome kepada kami. Kami serasa berada di rumah orangtua kami sendiri, apa yang ada dapat dinikmati bersama, tidak terdapat rasa segan yang menghalangi untuk berekspresi, yang tentunya dalam tahap wajar. Semoga pak Dermawan dan keluarga senantiasa diberkati, dan terus berkarya untuk budaya Simalungun.
  •  Aku sangat menikmati dan puas dengan semua kegiatan keakraban, semoga IMAS USU tetap kompak, semangat dalam memajukan Simalungun, tetap berfokus pada visi dan misi. Majulah IMAS USU.. :)



0 comments: