twitter
rss

Aku ga ingat tanggal tepatnya pertama kali menerima Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat pribadiku, antara 23 atau 30 Juli 2005, yang pasti momen itu terjadi ketika Persekutuan Siswa Kristen (PSK) SMA N 4 Pematangsiantar mengadakan kebaktian awal tahun ajaran untuk menyambut siswa-siswa baru yang selalu dipergunakan sebagai kesempatan untuk menjangkau siswa baru dan lama untuk ditantang mengikut Yesus.

Hari itu sangat istimewa, menyadari benar akan keberdosaan diri dan betapa aku membutuhkan Dia sebagai penyelamatku. Tak terasa, hari itu berlalu 10 tahun yang lalu, yang artinya sudah 10 tahun aku mengenal Dia secara pribadi dan memahami makna hidup yang sebenarnya.

Kalau aku merenungkan kembali perjalanan kehidupan rohaniku selama 10 tahun ini. memang luar biasa Tuhan menyatakan rencanaNya bagiku. Banyak berkat yang dirasakan, pengalaman rohani yang indah bersama saudara seiman dan dengan Dia sendiri, sangat menikmati bagaimana rasanya dicintai dengan murni dan tulus, merasa sangat berharga, banyaknya perubahan hidup yang dirasakan baik dalam karakter dan pandangan hidup. Sedikit demi sedikit Tuhan membukakan rencanaNya atas hidupku, aku berharga dimataNya, fakta itu selalu menghangatkan hatiku bahkan di situasi apapun yang sedang terjadi. 

Selama mengenal Dia, bukan berarti hidupku selalu baik saja dan tidak ada tantangan, banyak sekali tantangan yang dihadapi. Tetapi semua dapat dijalani dengan baik karena ada Dia yang senantiasa menyertai. Semua masalah yang ada dipandang sebagai bagian dari pembentukan iman kepada Tuhan, belajar untuk memikul salib dan bayar harga dalam masa berjuang untuk hidup benar dan menyenangkan Tuhan.

Aku menyadari bahwa Tuhan merancang hidupku dengan sempurna, namun tak jarang kekhawatiran akan masa depan menghantui dan mengganggu ketenangan jiwa. Namun ketika mengingat kembali kasih setia Tuhan, mustahil rasanya Dia menyertaiku sejauh perjalananku kalau Ia berencana meninggalkanku suatu saat nanti. Dengan menyadari itu, selalu kembali dikuatkan untuk melangkah, mempercayai tuntunannNya dan terus berjalan perlahan sembari mendengar suaraNya untuk langkah selanjutnya.

"Lebih baik merangkak menuju rencana Allah, daripada berlari namun menjauh dari rencanaNya", itulah prinsip yang kupegang dalam hidupku. Mungkin ada banyak cara berpikir dan cara pandangku yang sulit dipahami orang lain, ada banyak keputusan yang dianggap aneh, namun percaya bahwa pilihan yang sudah didiskusikan dengan Dia adalah yang terbaik, cepat atau lambat orang lain akan memahaminya. Yang pasti hatiku dan langkahku selalu mengarah kepada petunjuk dan tuntunanNya.

Tuhan Yesusku, anakMu yang kecil ini sudah berjalan sejauh ini, Aku memang mengenalMu secara utuh dalam 10 tahun ini, namun aku bersyukur sepanjang usiaku Engkau senantiasa memperkenalkan diriMu melalui orang tua, sekolah minggu dan melalui banyak hal dalam hidupku. Selidikilah hatiku, apakah ku sungguh mengasihiMu? Apakah Engkau dipuaskan dengan hidupku ini?

Dalam perjalanan 10 tahun bersama dengan Yesus, ada banyak pilihan-pilihan hidup yang sesuai
kehendakNya yang berhasil aku pilih dengan benar, walau banyak juga kesalahan dan kejatuhan dalam dosa yang bahkan masih berjuang kutinggalkan sampai hari ini. Namun satu hal yang benar-benar kusyukuri, aku memilih dengan benar pilihan-pilihan yang berpengaruh besar dalam hidupku. Sehingga sampai hari ini aku menyadari aku masih melangkah di jalurnya Tuhan, di jalan yang Dia tentukan. Merenungkan hal itu aku selalu ingin menangis haru, mengingat luar biasanya Dia menuntunku di tengah banyaknya pilihan dan tawaran dunia yang lebih menjanjikan kesenangan. Luar biasa sekali rasanya menyadari hidup kita terus mengarah kepada visi Allah secara pribadi atas diri kita.Banyak jalan yang ditutupNya bagiku, demi aku tetap berjalan di jalan yang benar. Terkadang aku menangis meraung untuk semua penolakan akan jalan yang kuinginkan, bahkan kudoakan dnegan sungguh, namun kemudian aku bersyukur untuk semua jalan tertutup itu. Menyadari bahwa jalan pilihan Tuhan adalah yang terbaik dan termanis bagi hdiupku.

Izinkan aku menuliskan satu persatu hal yang kusyukuri, yang aku sadari semua atas campur tangan Tuhan, sehingga aku sampai di titik ini, sejauh ini, dan menyadari bahwa Dia masih ada disini, di hatiku.
1. Aku tidak bisa memilih siapa yang menjadi orang tuaku, namun Tuhan memilihkan pak Sinaga dan Inang br Girsang sebagai orang tuaku, Aku tidak bisa memilih keadaan orang tuaku, tapi Tuhan berikan orang tua yang sederhana akan harta namun kaya akan kasih sejati, teladan hidup yang nyata melalui pernikahan mereka yang bahkan sekalipun tidak pernah bisa kubayangkan bagaimana rasanya melihat orang tua bertengkar. Ibu selalu berkata kepadaku, "Boru, bukan hal yang mustahil bagi pasangan untuk tidak pernah bertengkar sepanjang hidup mereka, lihatlah bapak dan mamak, tidak pernah saling menjawab lebih dari dua kali, bergantian mengalah". Itu yang kutanamkan dalam diriku, beruntungnya aku memiliki mereka dan juga adikku Sulastri, Pilemon dan Rijoi. Keluarku yang kukasihi dan kubanggakan di tengah semua kekurangan kami, mereka harta yang sangat berharga bagiku.

2. Dari SD-SMP aku selalu ranking 1 di kelas, bahkan ranking umum di sekolahan, saat itu aku dinilai cantik dan menarik. Siapa sangka Tuhan menutup jalanku memasuki sekolah yang kuidamkan, menggendutkan badanku sampai aku merasa sama sekali tidak menarik lagi. Ternyata di balik semuanya aku bersyukur Tuhan luluskan di sekolah dimana aku mengenal Dia secara pribadi, bertumbuh dalam perubahan hidup, bahkan dilatih untuk melayaniNya. Dan aku bersyukur Tuhan menjauhkan aku dari pria-pria yang memandang fisik saja (alibi haha).

3. Salah satu pengalaman rohani yang menurutku amazing, di usia menuju 19 tahun aku berani mempertaruhkan masa depanku seutuhnya kepada Tuhan, dengan bantuan penguatan dari teman-teman sekelas dan sepelayanan, Pilihan yang sulit antara kelulusan Ujian Nasional dan Integritas yang teruji. Kala itu sms jawaban UN beredar luas, setelah berdoa, berpuasa, belajar bersama dengan teman-teman jauh-jauh hari sebelum UN, aku merasa dikuatkan untuk mempertaruhkan kelulusan UN dengan tetap menjaga integritasku, Jujur ini sulit, bagaimana kalau tidak lulus? Bagaimana dengan rencana kuliah? Semua akan gelap jikalau tidak lulus UN. Namun pilihan tetap tidak membuka celah kecurangan sungguh merupakan pilihan terbaik saat itu. Menangis ketika UN Fisika, dihitung-hitung jumlah jawaban belum memadai untuk lulus nilai terendah UN, semenit sebelum mengumpul lembar jawaban, berhasil menjawab 1 soal, yang pada akhirnya aku menyadari 1 soal itulah yang melayakkanku lulus UN dengan nilai terbatas. Wow, see?? Tuhan menolong di saat kondisiku di ujing tanduk, memilih menangis meratap kepada Tuhan dibanding memalingkan wajah kepada teman sebelah yang akan dengan sangat senang hati memberikan jawaban yang ada di layar HPnya.

3. Kelulusanku di Bandung melalui jalur PMDK membuat orang tua berniat memberangkatkanku kesana, namun aku kembali bersyukur, masa itu adalah masa dimana aku belajar berdiskusi dengan orang tua mengenai masa depan, Dalam prosesku belajar mengenal diriku sendiri melalui pengalaman di SMA, aku menyadari jurusan di Bandung tidak sesuai, Ada suatu dorongan dalam diriku untuk berjuang ujian mengambil jurusan Psikologi (awalnya sadar karena tanpa sengaja tangan selalu terarah ke buku Psikologi di perpus umum kota Siantar), selaluuu aja jadi tempat curcol teman-teman, jurusan ini menurutku sesuai dengan karakterku, hobiku, walaupun pada saat itu aku sering sekali bertanya kepada orang lain " memangnya orang secerewet aku bisa jadi psikolog ya?Aku sulit mendengar, lagian passing gradenya tinggi (SMA prestasi menurun karena persaingan semakin ketat, nge-kos pula)." Minder, itulah yang aku rasakan dengan karakter itu. Namun Tuhan meyakinkanku, juga melalui teman-temanku dan orang tua yang secara demokratis membiarkanku memilih untuk les kembali dan ujian, puji Tuhan janjiNya nyata. Lulus dan berkesempatan menimba ilmu disini, sebagai awal dari pilihan profesiku kelak.

4. Pengalaman masa perkuliahan, organisasi, dan interaksi dengan sekitar semakin menolongku untuk mengenali diriku, dan panggilan hidupku. Masa-masa berdoa dan bergumul untuk panggilan hidup bukanlah hal yang mudah. Aku membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk benar-benar mendapatkan dan menyadarinya. Berawal dari dunia kampus, yang pada awalnya aku tertarik ke bagian klinis, dan bercita-cita menjadi psikolog seperti cita-cita di awal. Namun dalam menjalani semester demi semester, hatiku semakin mengarah pada Psikologi Sosial. Akupun memutuskan mengikuti kemana hatiku terarah, dengan fokus mengambil mata kuliah pilihan yang berkaitan dengan Psikologi Sosial saja. Menikmati setiap perkuliahan di bagian sosial ini, dan mulai terarah ingin bekerja di LSM saja, melihat diriku yang masih sulit mendengar, lebih dominan dalam berbicara, Sepertinya berbicara di depan orang banyak dan komunitas lebih nyaman untukku, dibanding harus menjadi psikolog berurusan pribadi lepas pribadi. Didukung juga sejak 2010 menjadi pemimpin Kelompok Kecil, menikmati prosesnya namun tetap merasa lebih cocok berbicara di depan umum dan orang banyak daripada pribadi ke pribadi

5. Masuk ke seminar skripsi, fokus terus berlanjut dengan memilih departemen Psikologi Sosial, dan topik mengenai Simalungun, dan topik yang sungguh tidak mudah ini tetap diperjuangkan sampai skripsi selesai. Melalui skripsi ini semakin menyadari bahwa komunitas terdiri dari individu-individu,dan mengubahkan sebuah komunitas haruslah fokus kepada individu di dalamnya. Namun hal ini belum mengubah arah secara pribadi, masih berniat berkutat di Psikologi Sosial. Dengan berbagai pengalaman dan kejadian, hatiku selalu tersentuh ketika melihat lansia masih bekerja. Aku bisa menangis berjam-jam kalau tidak bisa berbuat apa-apa untuk mereka. Sering membangun hubungan dengan lansia yang masih berjualan, membeli walau tidak butuh, bercengkerama dan main ke rumah lansia di gereja, membuat hatiku terarah dan merasa lebih fokus ke bagian lansia.

6. April 2013 Sidang,Mei Yudisium, September Wisuda. Alih-alih bekerja dari bulan Mei, aku memilih menganggur dan fokus pada online shop, karena Agustus 2013 ada Kamp Nasional, aku takut malah ga bisa mengikutinya karena tidak ada izin dari pekerjaan, dan tidak bisa fokus persiapannya. Kukorbankan masa 3 bulan menuju wisudaku untuk Kamp Nasional. Puji Tuhan Orangtua memahaminya. Sepulang dari KNM, kerinduan melanjutkan studi sangat menggebu-gebu
begitu juga kerinduan untuk menolong para lansia memaknai hidupnya. Kukorbankan waktuku sekitar 9 bulan untuk fokus persiapan studi lanjut ke Taiwan, mulai dari les TOEFL, mencari informasi, termasuk sibuk online shop untuk semua dana yang kubutuhkan, juga memiliki sangat banyak waktu melayani karena waktu luang yang tak terbatas. Puas sekali rasanya melayani saat itu, kapanpun dibutuhkan selalu ada waktu, termasuk berinteraksi dengan intens bersama para sahabat-sahabatku. Dalam perencanaan studi, aku juga benar-benar fokus, hanya mencoba apply ke universitas yang benar-benar sesuai dengan panggilan hidupku (menurut pemahamanku saat itu).

7. Dalam masa menganggur dan mencoba beasiswa tersebut, aku juga mengalami banyak hal yang pada suatu waktu aku sadari sebagai konfirmasi  mengenai panggilan hidupku dari Tuhan. Pilihan untuk menganggur dan memiliki banyak waktu luang memberikanku kesempatan besar untuk jauh lebih mengenali diriku dengan bebas dan tanpa batas. Jujur, aku pemilih dalam melamar pekerjaan kala itu. Sebelum menemukan panggilan hidup, aku berjanji ga akan melamar pekerjaan (aku ga tau ini keterlaluan atau bagaimana). Tapi aku benar-benar takut keenakan bekerja jadi lupa mencari tau kehendak Tuhan, atau malah udah nyaman jadi malas beranjak dari pekerjaan itu. Singkat cerita, dalam masa menganggur itu aku memiliki banyak waktu melakukan hobiku. Tau apa? Iya bener banget, SHARING!!
Aku banyak sharing dengan teman-teman, bicara berdua dari hati ke hati. Kalau tidak ada yang mengajak sharing pun, aku yang mengajak mereka sharing haha. Memperhatikan orang lain itu rasanya senang, aku jadi flashback kembali, mengapa aku memilih jurusan ini. Oiya, teman-teman SMA dulu selalu "curhat" samaku dan bilang aku cocok jadi psikolog. Aku ingat lagi adik-adik kelompokku yang sampai saat itu sudah memimpin 8 orang dan menikmati waktu-waktu mendengarkan celoteh mereka. Juga masa-masa sharing dengan teman-teman, rasanya betah berjam-jam. Menikmati kepercayaan orang lain untuk membukakan dirinya, menceritakan bahkan aibnya yang katanya tak seorang pun tau, menyaksikan sendiri wajah-wajah kusut itu kembali cerah ketika bercerita. Paling disadarkan ketika masa Paskah khotbah bang Manner mengenai karunia Rohani, kembali cek ke diri sendiri, mendapati bahwa aku memiliki karunia "berkata-kata dengan hikmat". Walau aku benar sadari, inilah perubahan karakter yang nyata dalam diriku. Kekuranganku dahulu, sulit mendengar, dominan, keras kepala, dan suka mengeluarkan kata-kata pedas yang menyakitkan hati. Ternyata Tuhan sudah ubahkan bagian itu dan Dia ingin memakainya untuk kemuliaanNya. Dikuatkan juga setelah sharing dengan bang Untung, yang mengatakan aku harus mendoakan diri sebagai konselor Kristen (what???)). Terutama adikku si ceriwis Ongki yang dijuluki pa sharing karena mengikuti jejakku yang hobbi sharing kemana-mana, selalu bilang aku cocoknya jadi konselor aja. Juga Jhon yang jadi klien pertamaku paling jugul, yang bilang "akula klien pertamamu ka, tolonglah aku untuk membereskan hidupku". Kuingat kembali perjalanan pelayananku, dari SMA pelayanan Kampus, di gereja, selaluuu aja berurusan dengan pembinaan dan kelompok kecil, Ga kebetulan bukan? Berarti aku dipersiapkan juga dong untung menjangkau pribadi lepas pribadi, pengalaman ber-PI, memimpin adik-adik kelompok, sharing dengan orang lain dari teman-teman sampai oppung-oppung semua nyambung. haha..
Semua itu memantapkanku untuk yakin, bahwa Tuhan menghendakiku sebagai seorang konselor, tapi konselor Kristen belum berani bahkan untuk membayangkannya. Ga rela jadi hamba Tuhan, duh nanti ga bisa bisnis dong, ga bebas dengan status itu..huhuhu

8. Puji Tuhan beasiswa Taiwan ga lulus, bersyukur banget karena panggilanku sudah jelas sedikit jadi aku ga perlu pusing lagi mengenai Taiwan. Aku memutuskan untuk mencari pekerjaan setelah panggilan ini jelas. Dan dengan singkat cerita seminggu kemudian aku udah bekerja sebagai konselor sekolah. See?? Tuhan sediakan tempat buat anak-anakNya yang mau bertanya.

9. Menikmati pekerjaan di sekolah dengan berbagai tantangan yang ada, dalam perjalanan menjadi konselor menemukan fakta bahwa apapun permasalahan klien tidak akan pernah tuntas tanpa Yesus sebagai jawabannya. Tak jarang aku berdoa bersama siswaku, yang akan berteriak sekuat tenaga seandainya saja hanya ada kami berdua di sekolah itu. Apa daya dia hanya bisa terisak tertahan dengan semua beban di hatinya. Ada banyak sekali permasalahan yang bahkan tidak pernah muncul dalam bayanganku. usia semuda mereka mengalami pergumulan hidup seluar biasa itu. Menyadari Yesus adalah jawaban semuanya, aku dikuatkan untuk kembali mendoakan "pastoral konseling". Lagi-lagi belajar untuk merendahkan hati dan mendengar arahan Tuhan.Dan luar biasanya, dengan tenang meyakini panggilan itu, Konselor Kristen, yang membayangkannya saja dulu ga mau banget. Dikuatkan dengan rekomendasi seorang guru di sekolah mengenai kampus yang bagus untuk melanjutkan studi. Terjawab sudah!!I know what is the purpose for my future. Yeayyy!!

10. Dulu, rasanya berat banget untuk mengaplikasikan ini " temukan dulu visi pribadimu sebelum engkau memutuskan siapa pasangan hidupmu" Duh berat banget bok, masa di masa gegalauan visi pribadi seperti itu ga boleh mikirin teman hidup? Gimana dong kalau ketemu orang yang tepat sebelum visi pribadi jelas? Lagi-lagi bersyukur, ga lama setelah visi itu semakin menunjukkan rupanya, seorang sahabat yang ntah kenapa dalam 10 tahun ini datang dan pergi dalam hidupku, kembali menjalin komunikasi. Kemudian mengenalkan sahabat baiknya kepadaku. Kenalan, sharing punya sharing, ko nyambung? Ko visinya sejalan? Ko semuanya terasa cocok? Tapi ko belum ada perasaan? Trus ko dia udah ngajak bergumul sih, aku kan belum ada perasaan?Ko prosesnya berasa lancar jaya? Ko ga pake ribet? Ko semuanya terasa membawa sukacita? Ko rasanya semakin bertumbuh dan menikmati Tuhan sejak mengenal dia? Ko terasa banyak perubahan positif semenjak banyak berdiskusi dengan dia? Dia kan ga sesuai kriteria, masa sih harus bergumul dengannya? dll
Sharing dengan sahabat, diingatkan untuk taat dan taat dan taat dan taat.
Oke baiklah, aku belajar merendahkan hati kembali, toh sudah siap untuk kembali memulai berdoa. Menjalani masa bergumul dengan banyak berdoa bersama, sharing firman Tuhan setiap hari, menikmati keterbukaan dan berbagi, Memutuskan memulai hubungan berpacaran 4 bulan yang lalu, dan sampai hari ini menikmati hubungan ini. I'm grateful. Kami bukan orang yang sempurna, namun saling belajar menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing, belajar menikmati Tuhan bersama-sama sebagai dasar cinta kasih berdua, keterbukaan dan kejujuran yang utuh, dan puji Tuhan mengalami pertumbuhan berdua walau banyak pergesekan karakter yang menjadi warna perjalanan kisah ini. Lagi-lagi benar kata mamak kami, bukan mustahil pasangan tidak pernah bertengkar,semoga bisa ya aman damai sentosa karena semua hal dapat didiskusikan berdua. Ngambek-ngambek dikit dimaklumin aja, yang penting jangan berjawab-jawaban lebih dari dua kali, dan jangan sampai belum padam amarah padahal matahari udah mau terbenam hehehhe..Intinya aku merasa Tuhan kasih kepercayaan memiliki pasangan di waktu yang tepat banget, puji syukur banget menahan diri untuk tidak memulai hubungan dengan siapapun selama 4 tahun belakangan. Jadi rasanya plong memulai yang baru, walaupun dalam perjalanannya berasa selalu ada hal yang harus diselesaikan dan diperjuangkan supaya semakin menikmati kebersamaan ini. Doakan sajah pemirsah :D

11. Inilah aku sekarang, resign dari pekerjaan tepat di akhir tahun ajaran demi kelancaran operasional selanjutnya, memilih menganggur 2 bulan demi menyelesaikan pelayanan di retreat Psikologi. Berat sebenarnya, tapi aku belajar menyelesaikan dengan baik pelayananku disini, dan percaya Tuhan pasti sediakan pekerjaan di luar sana. Beberapa hari sebelum retreat, melamar pekerjaan ke luar kota melalui rekomendasi CTH, mendapat panggilan untuk interview, semoga mereka bersabar menunggu selesai pelayanan retreat ini. See?? Lagi-lagi Tuhan sediakan bukan??Memilih mempercayakan dan tidak khawatir menolong kita melihat campur tangan Tuhan dalam hidup kita. Mungkin terdengar biasa, tapi selesai mendapat telepon dari HRD tersebut, aku menangis penuh syukur kepada Tuhan, Dia tidak pernah gagal menepati janjiNya, Mat 6: 33 selalu menjadi nats kesukaan dalam kondisi apapun.Aku percaya apapun yang kualami sejauh ini Tuhan campur tangan dan sediakan semua,udah dirancang sempurna. Tinggal bagaimana kita ikutin arahanNya dan percaya janjiNya.

Kalau diperhatikan polanya, aku selalu fokus kalau berkaitan dengan panggilan hidup dalam memutuskan apapun, selalu belajar mengarahkan setiap keputuhan kepada visi dari Tuhan yang dilihat dari apa yang disediakan Tuhan bagiku, baik karakter, pengalaman, kejadian-kejadian dan orang-orang di sekitarku. Pada akhirnya aku menyadari bahwa setiap hal yang diberikan Tuhan pada kita sejak kita ada di dunia, merupakan cara Tuhan untuk mempersiapkan kita untuk memenuhi panggilanNya dalam hidup kita. Bagi siapa saja yang bergumul akan panggilan hidup, coba kenali diri kita dengan baik, cek karunia rohani apa yang kita miliki, karakter apa yang paling kuat dalam diri kita, hal apa yang sudah diubahkan Tuhan dari diri kita, pengalaman rohani apa yang kita alami bersama Dia, keadaan apa yang paling menyakitkan hati kita dan sangat ingin kita ubah dengan tangan kita sendiri. Semoga setiap orang dapat serius dalam menggumulkan panggilan hidupnya, dan memahami untuk apa Allah menempatkan dirinya dalam dunia ini. Karena setiap orang adalah jawaban atas sebuah permasalahan, maka carilah permasalahan apa yang anda merupakan jawabannya.Setiap orang diciptakan untuk sebuah tujuan, maka carilah apa tujuan Allah menciptakan anda di dunia ini. Setiap orang pasti mampu mencari tau visi pribadinya, maka carilah sampai ketemu. Berada di luar rencana Tuhan akan membawa kegelisahan, percayalah!

Perjalananku masih panjang dalam menekuni panggilan Tuhan, masih jauh sekali tapak demi tapak yang harus dilalui, namun sangat bersyukur dan bersykur sampai hari ini mendapati diri masih berada dalam rancangan Tuhan. Kalaupun ke depan Tuhan mengalihkan langkahku kembali dari rute yang sedang kujalani sekarang, tidak ada masalah. Yang penting sejauh ini masih berusaha mencari tau kehendakNya, kalaupun salah dalam melangkah, aku sungguh percaya dengan caraNya sendiri Dia akan menuntunku kembali ke jalannya. Ko kesannya pede banget yah, namanya yakin sodarah. Intinya sejauh ini sudah meyakini, kita lihat proses selanjutnya ya..

Happy 10th Years Anniversary dear Jesus, I love You..
Knowing You Jesus, There is no greater things..
You're my All, You're the best
You're my Joy, My righteousness
And I love You Lord


With Love,
Erika



Dear readers,
mohon banget kasih komentar ya, kritik dan saran buat curhat aku..
Mungkin ada pandangan yang keliru, atau ada yang dikuatkan melalui tulisan ini..
Atau merasa menjadi bagian dari pergumulan ini, tapi namanya tidak tertera.
Mohon ingatkan aku mengenai perjalananku menggumulkan visi privadi, karena kisah ini sungguh berharga bagiku..

Medan, 14 Agustus 2015
1.35 dini hari

0 comments: